ChatGPT Jadi Teman & Terapis – 3 Prompt

  • Dhenny
  • Agu 24, 2025
Wanita tersenyum ngobrol dengan chatbot ramah di laptop, suasana nyaman sore hari

3 Prompt ChatGPT yang Bikin AI Jadi Teman Curhat & Terapis Pribadimu!

Halo kawan! Pernah nggak sih, kamu merasa capek banget habis seharian kerja, tapi pulang ke rumah cuma bisa ngobrol sama tembok? Atau punya masalah yang nggak enak dibagiin ke orang lain? Jangan khawatir, zaman sekarang ada “teman virtual” yang siap dengerin keluh kesahmu 24 jam tanpa ngeluh atau ngantuk. Namanya? Ya ChatGPT dong!

Tetapi tunggu… jangan asal ketik “Hai, apa kabar?” terus berharap ChatGPT jadi pendamping setia. Rahasianya ada di prompt jitu—kalimat ajaib yang ngasih instruksi ke AI biar dia ngerti peran yang kamu mau. Nggak percaya? Simpan dulu rasa skeptismu, karena aku bakal bocorin 3 prompt spesial yang bisa ngubah ChatGPT dari sekadar chatbot jadi teman ngobrol yang empati bahkan “terapis dadakan”!


Kenapa ChatGPT Bisa Jadi “Teman” atau “Terapis”? Bukan Sih?

Sebelum masuk ke jurus andalannya, yuk kita klarifikasi dulu: ChatGPT itu bukan manusia, dan bukan pengganti psikolog profesional. Tapi dia punya kelebihan yang jarang dimiliki manusia:

  1. Nggak pernah judge: Kamu ngomong apapun—sedih, marah, bahkan ngaco—dia nggak bakal nyebarin gosip.
  2. Selalu standby: Jam 3 pagi pengen nangis? Dia siap ditemani.
  3. Pendengar aktif: Dia bakal merespons dengan pertanyaan mendalam buat bikin kamu refleksi diri.

Analoginya gini: ChatGPT itu kayak buku harian digital yang bisa nyautin balik. Bukan penyembuh, tapi alat bantu kamu ngolah pikiran.


Prompt #1: “Sahabat Virtual” yang Beneran Ngertiin Perasaanmu (Level: Teman Ngopi)

Pria tersenyum melambaikan tangan saat melakukan panggilan video dari rumah.
Seorang pria sedang melambaikan tangan ramah di depan laptop.

Gimana caranya biar ChatGPT nggak kayak robot kaku? Pakai prompt ini:

"Mulai sekarang, kamu jadi Sofi—teman dekatku yang super supel, humoris, dan super pengertian. Aku butuh tempat cerita yang nggak menghakimi. Kalau aku curhat, respon dengan pertanyaan tulus dan kasih saran santai kayak lagi ngobrol di kafe. Jangan langsung kasih solusi teknis, fokus ke dukungan emosional. Pahami dulu perasaanku sebelum kasih nasihat. Oke, mulai dengan: 'Hai! Lagi berat banget ya hari ini? Cerita dong, aku dengerin...'"

Ajaibnya dimana?

  • ChatGPT bakal pakai nama “Sofi” (bisa diganti sesuai karakter favoritmu) biar lebih personal.
  • Dia langsung ngajak ngobrol santai (“Lagi berat banget ya?”) bukan respon kaku seperti “Bisa Anda jelaskan masalahnya?”
  • Fokus ke dukungan emosional, bukan solusi teknis. Misal kamu bilang “Aku kesel banget sama bos!”, dia nggak langsung kasih tips “Laporkan ke HRD”, tapi nanya: “Waduh, segede apa sih amarahnya sampai bikin kamu gemeteran gitu?”

Contoh Percakapan Nyata

Kamu: Aku lelah banget, Sof. Seminggu ini kerjaannya numpuk, tapi atasan kayak nggak ngeliat usaha aku.

ChatGPT/Sofi: Duh, pasti bikin bete banget ya… Tiap hari kerja keras tapi rasanya kayak diabaikan. Emangnya ada momen spesifik yang bikin kamu ngerasa nggak dihargai? Cerita aja, aku sini nggak buru-buru…


Prompt #2: “Pendamping Refleksi Diri” buat Ngubek-ngubek Pikiran Bawah Sadarmu (Level: Teman Diskusi Filosofis)

Kalau kamu butuh eksplorasi masalah lebih dalam, prompt ini bakal bikin ChatGPT jadi pemandu refleksi yang nggak memaksa:

"Jadi asisten pendamping refleksi diri. Tugasmu: bantu aku eksplorasi perasaan dan pola pikirku lewat pertanyaan open-ended. JANGAN kasih saran langsung, tapi ajak aku analisis: 1) Trigger apa yang memicu emosiku? 2) Apa yang sebenarnya aku takutkan? 3) Apa pola yang sering terulang? Respons dengan kalimat lembut dan netral. Mulai dengan: 'Aku tertarik dengar ceritamu. Kalau kamu siap, coba ceritakan situasi yang sedang kamu hadapi?'"

Bedanya sama prompt pertama?

  • Nggak buru-buru kasih solusi, tapi bikin kamu berpikir mandiri.
  • Pakai pertanyaan berbasis psikologi (trigger, ketakutan, pola) tanpa istilah teknis.
  • Suasana tetap netral dan aman, misal: “Menarik… Apa kira-kira hal yang paling bikin kamu cemas dari situasi ini?”

Kapan pakai ini?

  • Pas lagi bingung kenapa kamu selalu repeat same mistake (misal: telat deadline terus).
  • Pengen ngerti kenapa responsmu berlebihan terhadap hal sepele (e.g.: langsung nangis dikritik sedikit).

Prompt #3: “Therapist Mode” untuk Atasi Kecemasan Dadakan (Level: Pertolongan Pertama Mental)

Ini khusus buat situasi panik, overthinking, atau anxiety mendadak. ChatGPT bakal switch mode jadi “first aid” mental:

"Jadilah 'dr. Rama'—terapis virtual yang ahli atasi kecemasan akut. Jika aku curhat gejala stres/panik: 1) Bantu aku tenang dulu dengan teknik grounding (contoh: pandu latihan napas). 2) Tanyakan skala kecemasan 1-10. 3) Bantu identifikasi sumber rasa takut. 4) Berikan strategi praktis yang bisa dilakukan SEKARANG. Gunakan bahasa menenangkan dan instruksi jelas. JANGAN diagnosa medis. Mulai dengan: 'Halo, aku dr. Rama. Kamu lagi nggak nyaman ya? Coba tahan napas 3 detik, lalu hembus perlahan...'"

Keunggulan prompt ini

  • Langsung pandu tindakan praktis (grounding, pernapasan) untuk redakan serangan panik.
  • Kasih skala pengukur (“1-10, seberapa besar kecemasanmu?”) biar kamu lebih aware sama kondisi sendiri.
  • Fokus ke solusi jangka pendek (“Apa yang bisa kamu lakukan 5 menit ini untuk merasa lebih baik?”).

Contoh Respons

Kamu: Aku gemeteran nggak jelas, jantung deg-degan. Takut banget besok presentasi…

ChatGPT/dr. Rama: Pertama, coba tarik napas 4 hitungan… tahan 2 hitungan… buang perlahan 6 hitungan. Ulangi 3x. Sekarang, coba beri angka 1-10: seberapa intens ketakutanmu? [Setelah kamu jawab] Okay, baik. Sekarang, apa persisnya yang paling kamu khawatirkan? Audience ketawa? Atau lupa materi?


Rahasia Biar ChatGPT Makin “Manusiawi” Jangan Cuma Andalkan Prompt!

Prompt keren di atas bakal percuma kalau kamu nggak pake strategi tambahan ini:

  1. Kasih Context Tambahan:
    “Aku baru putus 2 minggu lalu, dan hari ini nemu mantan lagi gebetan baru. Rasanya…” → ChatGPT bakal lebih paham intensitas emosimu.
  2. Koreksi Kalau AI “Salah Arah”:
    “Bukan solusi teknis yang aku butuhin sekarang, tapi validasi perasaan.”
  3. Pakai Emoji & Bahasa Santai:
    “Aduh hari ini bener-bener bad day banget sih 😭” → AI akan meniru gaya bahasamu.
  4. Minta Role-Play Spesifik:
    “Coba respon kayak Najwa Shihab waktu ngobrol santai.”

Waspada! Ini Batasan ChatGPT sebagai “Terapis” Jangan Sampai Kejebur!

Sehebat-hebatnya AI, ingat 4 larangan vital ini:

  • ⚠️ Jangan ganti psikolog beneran kalau punya gejala depresi/kecemasan berat.
  • ⚠️ Jangan bagikan data sensitif (nama asli, alamat, nomor KTP).
  • ⚠️ Jangan percaya 100% dengan saran medis/psikologis dari ChatGPT.
  • ⚠️ Jangan pakai buat diagnosa diri (“Apa aku kena bipolar?”).

Metafora: ChatGPT itu obat warung, bukan dokter spesialis. Buat luka kecil (stres harian) bisa bantu obatin. Tapi kalau lukanya dalam (trauma berat), cari ahli!


Ide Kreatif Modifikasi Prompt Sesuai Kebutuhanmu Jangan Cuma Copy-Paste!

  • Buahatan Netizen A:
    “Jadi Alter Ego-ku yang pede & optimis! Setiap kali aku ragu, ingatkan aku akan 3 kekuatan terbesarku. Contoh: ‘Jangan lupa, kamu itu juara negotiasi & punya jiwa kepemimpinan!'”
  • Versi Pejuang Skripsi:
    “Jadi ‘Kak Mentorku’. Kalau aku mulai bilang ‘Aku gagal terus’, respon dengan: ‘Gagal itu bahan bakar juara. Coba sebutkan 1 hal kecil yang bisa kamu tingkatkan besok?'”

Penutup: AI Bukan Pengganti Manusia, Tapi… Kamu lagi kesepian ya?

Nah, gimana? Ternyata dengan sedikit trik prompt, ChatGPT bisa jadi teman ngobrol yang jauh lebih “bernyawa” ya? Ingat, AI cuma alat—kekuatan utamanya ada di gimana kamu ngarahin dia.

Yang bikin ChatGPT bisa jadi “teman” atau “terapis” bukan kecanggihan teknisnya, tapi kemampuanmu menyusun kata-kata yang memanusiakan percakapan. Jadi, jangan cuma pakai prompt di atas verbatim. Modifikasi, mainkan emosi, dan jadikan ia cermin buat kamu memahami diri sendiri.

Percaya deh, kadang kita cuma butuh didenger aja. Dan sekarang… kamu punya pendengar yang nggak pernah ngeluh.

Pertanyaan pamungkas: Kalau besok ChatGPT bisa ngasih virtual hug, kamu mau pelukan yang kayak gimana? 😉

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *